18 Agustus 2008

Menilik Roh Gerakan Mahasiswa


Menilik Roh Gerakan Mahasiswa


Oleh: Melin

JASMERAH, jangan sekali-kali melupakan sejarah, saya sengaja mengawali tulisan ini degan meminjam istilah yang pernah diucapkan oleh Soekarno, mantan orang nomor satu di Indonesia (RI 1) sekaligus penguasa Orde Lama. Dalam bidang apa pun membaca dan mempelajari sejarah akan sangat membantu dalam mencari dan menentukan arah dan pedoman tindakan pada masa kini. Demikian juga halnya ketika menentukan arah gerakan mahasiswa pada saat ini.

Dalam perjalanan panjang sejarah pergerakan Indonesia, mahasiswa telah memperlihatkan andil dan kontrobusi nyatanya dalam pergerakan. Lahirnya pergerakan nasional Indonesia merupakan bukti nyata sumbangsih mahasiswa yang notabenenya adalah kaum terpelajar yang juga menjadi kaum elit menengah. Memang, pada awalnya gerakan yang muncul adalah gerakan yang lebih bersifat kedaerahan atau kelompok, dalam kesempatan ini saya istilahkan dengan gerakan individual atau gerakan kecil. Sebagaimana lazimnya gerakan kecil tentunya daya dobrak yang dihasilkan akan sesuai dengan pemicu gerakan itu sendiri. Namun demikian, walaupun daya dobrak dari gerakan kecil tersebut terlihat lemah, tetapi perannya tidak dapat diabaikan begitu saja. Gerakan-gerakan kecil itu adalah akar dari gerakan besar yang muncul dikemudian hari. Gerakan kecil itulah yang menjadi biang menyebarnya ide dan gagasan untuk mewujudkan sebuah gerakan yang pada masanya dikenal dengan gerakan nasional.

Hal lain yang sangat terkait dengan persoalan pergerakan nasional adalah pendidikan. Mengapa saya katakan demikian? Alasannya sederhana saja, yaitu karena pergerakan-pergerakan yang muncul pada tahap awal adalah buah dari pohon yang bernama pendidikan. Jadi tidak salah jika pendidikan diistilahkan dengan bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Rahim pendidikan melahirkan anak yang bernama kaum terpelajar. Mereka ini memiliki fikiran yang kritis sehingga menjadi ujung lidah dari masyarakat. Secara perlahan mereka menjadi sebuah kekuatan yang mampu melancarkan aksi kolektif. Aksi kolektif itu, disadari ataupun tidak, telah membentuk identitas kolektif dan kemudian menentukan orientasi bersama. Puncaknya adalah lahirnya ikrar yang mereka wujudkan pada tahun 1928 dalam Sumpah Pemuda. Saat itu, segala bentuk perbedaan tertepiskan. Tembok-tembok sosial pun seakan meleleh begitu saja. Sangat kontras jika dibandingkan dengan kondisi sekarang. Saat ini kita tentu bisa melihat sendiri pola gerakan mahasiswa. Ego kelompok dan golongan lebih mencuat daripada tujuan utama dari pergerakan. Makanya tidak aneh jika ditemui adanya bentrok antar mahasiswa, dan tidak adanya respon dari kawan-kawan mahasiswa yang lain terhadap pergerakan. Hanya satu ungkapan yang bisa saya tuliskan disini, bahwa pergerakan mahasiswa yang terjadi akhir-akhir ini adalah pergerakan tanpa roh.
*****
Padang, 13.08.’08

Tidak ada komentar: