29 September 2008

Sumatera Barat di Panggung Sejarah 1945-1995


Judul Buku : Sumatera Barat di Panggung Sejarah 1945-1995
Pengarang : Mestika Zed, dkk
Penerbit : Pustaka Sinar Harapan
Tempat Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 1998
Jumlah Halaman : xiii+406 hlm
ISBN : 979-416-559-X


Resensi Rq_Gie

Buku ini mengetengahkan upaya untuk merekonstruksi garis-garis perkembangan sejarah yang secara langsung atau pun tidak langsung telah mempengartuhi perjalanan sejarah daerah Sumatera Barat. Status penulisnya sebagai salah seorang sejarawan sangat mempengaruhi pemaparan yang terdapat dalam buku ini. Hasilnya, tentu saja buku ini sangat kental nuansa sejarahnya.

Mestika Zed membagi isi buku ini dalam lima bagian. Bagian pertama mengetengahkan suasana proklamasi dan revolusi di Sumatera Barat. Bagian pertama tersebut mencakup batasan temporal 1945-1950, merupakan episode sejarah yang memadukan antara perjuangan secara fisik dan perjuangan secara diplomatis, memadukan tujuan yang rasional dengan sentimen emosional, memadukan tindakan kongkrit dengan dengan cita-cita dan impian, serta memadukan realitas dengan mitos. Revolusi di Sumatera Barat adalah sebuah gejala yang sangat kompleks. Para pemimpin daerah cenderung selalu lebih siap dalam menentukan kebijakannya, sehingga banyak tokoh-tokoh dari Sumatera Barat yang tampil sebagai elit terkemuka dalam lingkaran kepemimpinan nasional saat itu.

Bagian kedua buku ini membahas mengenai kondisi dan suasana Sumatera Barat setelah revolusi, cakupan temporalnya adalah 1950-1960. Bagian kedua merupakan bagian yang tidak pernah lepas ketika menuturkan sejarah Sumatera Barat. Salah satu peristiwa penting yang terdapat dalam periode ini adalah munculnya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang berlangsung selama tiga tahun, yaitu dari tahun 1958 hingga tahun 1961. Ditengah upaya untuk menegakkan demokrasi sebagai inti dari kemerdekaan, lahir kebijakan pemerintah pusat yang melahirkan rasa tidak puas di daerah. Salah satu daerah yang merasa kurang puas tersebut adalah Sumatera Barat. Kebijakan pusat untuk melakukan perombakan yang drastis terhadap Divisi IX Banteng yang berada di Sumatera dan mempertahankan Divisi Siliwangi di Jawa secara nyata memperlihatkan ketimpangan dan sekaligus tidak menghargai para pejuang Divisi IX Banteng yang juga ikut mati-matian mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Kontak senjata atau penumpasan yang akhirnya menjadi kebijakan pemerintah pusat untuk meredam PRRI sebenarnya sangat sesuai dengan dugaan masyarakat Sumatera Barat yang sangat mengharapkan terjadinya musyawarah. Era PRRI telah meninggalkan sebentuk trauma kolektif bagi masyarakat Sumatera Barat.

Bagian ketiga menjelaskan kondisi Sumatera Barat pasca PRRI, berkisar antara tahun 1961-1965. Pada bagian ini Mestika Zed mengungkapkan bahwa setelah berakhirnya PRRI mental masyarakat Sumatera Barat menjadi terpuruk dalam status “pemberontak” yang kalah. Akibatnya, kepercayaan diri masyarakat Sumatera Barat mulai memudar. Kebanggaan yang masih kental sampai masa-masa revolusi menjadi luluh. Kondisi pada masa pasca PRRI yang serba sulit dipersulit lagi dengan makin meluasnya pengaruh PKI di Sumatera Barat.

Bagian keempat dari buku ini lebih difokuskan dalam batasan temporal 1966-1971. Batasan temporal tersebut merupakan transisi dari Orde Lama kepada Orde Baru. Pada masa ini, di Sumatera Barat, terjadi suasana yang kritis dalam masalah politik dan pemerintahan. Periode ini pulalah yang merupakan periode pemulihan kondisi daerah dan juga pemulihan mentalitas masyarakat Sumatera Barat yang merosot akibat peristiwa PRRI. Pemerintah Sumatera Barat benar-benar memfokuskan upaya untuk mengembalikan harga diri orang Minangkabau.

Bagian kelima berisikan pembahasan tentang kondisi masyarakat Sumatera Barat antara tahun 1971-1995. Pada periode ini kondisi masyarakat Sumatera Barat sudah membaik. Periode ini merupakan periode yang relatif tenang.

*****

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Bukunya ada gan kalao ada silahkan hubungi :
zuardeys_zhuupeet@yahoo.co.id

AuntyZah mengatakan...

InshaAllah saya ingin membelinya, ada ke di jual di Kuala Lumpur?