29 September 2008

G 30 S; Antara Fakta dan Rekayasa


Judul Buku : G 30 S; Antara Fakta dan Rekayasa
Pengarang : Center for Information Analysis
Penerbit : Media Pressindo
Tempat Terbit : Yogyakarta
Tahun Terbit : 1999
Jumlah Halaman : x + 142 hlm
ISBN : 979-9222-17-6

Resensi Erix Guwo

Rezim Orde Baru dicurigai telah melakukan rekayasa historiografi (penulisan sejarah) secara sistematik. Jika itu benar, maka tujuannya sangat jelas adalah untuk memperkokoh dan melanggengkan hegemoni kekuasaan, yakni pemerintahan yang didominasi oleh militer serta kondisi politik yang represif yang diselubungi oleh terminologi stabilitas. Salah satunya tema historiografi yang sangat dicurigai telah direkayasa oleh Orde Baru dan menjadi tema yang kontroversial adalah tema mengenai Gerakan 30 September 1965 (G30S 1965).

Berbagai pernyataan terhadap G30S 1965 yang diungkapkan, akhir-akhir ini, oleh beberapa pelaku gerakan telah menimbulkan dugaan-dugaan baru di tengah-tengah masyarakat. Selama era Orde Baru masyarakat selalu disuguhkan sebuah tayangan (film) tentang bagaimana G30S itu terjadi, tentunya sesuai dengan versi dan kepentingan Orde Baru. Kesaksian para pelaku gerakan pada masa Orde Baru yang terbungkam, atau mungkin juga sengaja dibungkam, kini terbuka dan bersuara. Akan tetapi, berbagai kesaksian itu masih belum bisa menentukan dengan akurat siapa dalang dari peristiwa tragedi kemanusiaan tersebut.

Informasi mengenai G30S yang disebarkan kepada masyarakat selama Orde Baru ternyata banyak yang bertentangan dengan kesaksian para pelaku gerakan. Akibatnya, muncul anggapan bahwa gerakan tersebut adalah rancangan dari Soeharto yang nantinya menjadi penguasa Orde Baru. Buku ini memang membahas permasalahan seputar G30S, tetapi tidak memberikan kesimpulan yang tegas mengenai dalang G30S 1965. Memang tujuannya adalah untuk memaparkan berbagai fakta yang ada, sehingga pembaca bisa memahami permasalahan G30S secara lebih luas.

Banyak fakta objektif yang bersifat mutlak dan tidak bisa dipungkiri, antara lain keterlibatan Partai Komunis Indonesia (PKI), ambiguitas Ir.Soekarno, intrik dalam tubuh militer Indonesia khususnya Angkatan Darat (AD), serta kedekatan hubungan personal antara beberapa pelaku utama G30S dengan Mayjend Soeharto yang pada waktu itu menjabat sebagai Pangkostrad/Pangkopkamtib.

Menurut buku ini ada enam teori atau versi yang berkembang dalam penulisan tentang G30S atau Gerakan Satu Oktober (Gestok), yaitu:

1. Pelaku utama G30S adalah PKI dan Biro Khusus
Versi ini didukung sepenuhnya oleh pemerintah Orde Baru. Sejarawan Indonesia yang menulis dengan versi ini adalah Nugroho Notosutanto dan Ismail Saleh. Karyanya berjudul: Percobaan Kup Gerakan 30 September di Indonesia (terbitan Jakarta, 1968).

2. G30S adalah persoalan internal AD
Versi ini ditulis oleh M.R. Siregar dalam karyanya yang berjudul: Tragedi Manusia dan Kemanusiaan, Kasus Indonesia, Sebuah Holokaus Yang Diterima Sesudah Perang Dunia Kedua (terbitan Amsterdam, 1993). Penulis lain yang juga mengusung versi ini adalah Coen Holtsappel, Cornell Paper, Ben Anderson, W.F. Wertheim, dan Wimandjaja K. Litohoe. Tekanan versi ini lebih mengarah pada sintesis bahwa G30S merupakan kudeta yang dirancang oleh klik Angkatan Darat di bawah pimpinan Mayjend Soeharto.

3. G30S digerakan oleh CIA
Pernganut versi ini beranggapan bahwa dalang utama terjadinya G30S adalah CIA yang bekerja sama dengan klik Angkatan Darat untuk memprovokasi PKI dengan tujuan menggulingkan Presiden Soekarno. Pendukung versi ini adalah Peter Dale Scoot dengan karyanya yang berjudul: US and The Overthrow of Soekarno 1965/1967, dan Geoffrey Robinson dengan karyanya yang berjudul: Some Arguments Concerning US Influence and Complicity In The Indonesia Coop of Oktober 1965.

4. G30S terjadi karena bertemunya kepentingan Inggris dan Amerika
Greg Poulgrain merupakan penulis yang mempercayai asumsi ini. Ia membahasnya dalam karyanya yang berjudul: The Genesis of Confrontation: Malaysia, Brunai, and Indonesia 1945-1965

5. Soekarno Dalang G30S
Versi ini merupakan versi yang paling kontroversial. Versi ini menjelaskan bahwa Soekarno sangat berkepentingan untuk melenyapkan sikap oposisi beberapa perwira tinggi Angkatan Darat terhadap kepemimpinannya. PKI ikut terseret karen akedekatannya dengan Soekarno. Penulis yang mengusung versi ini adalah Antonie Dake dengan karyanya yang berjudul: In The Spirit of The Red Banteng, The Devious Dalang: Soekarno and So-called Untung Putsch. John Hughes dengan karyanya yang berjudul: Indonesia Upheavial 1967 dan The End of Soekarno 1968. Penulis lainnya yang menganut versi ini adalah Ulf Sundhaussen dengan karyanya yang berjudul: Politik Militer Indonesia 1945-1967; Menuju Dwi Fungsi ABRI.

6. Teori Chaos
Tidak ada dalang tunggal, tidak ada grand scenario, yang terjadi adalah bercampur aduknya improvisasi berbagai kepentingan di lapangan, ketika gerakan sudah dimulai. Penulis yang mendukung versi ini adalah Manai Shopiaan dengan bukunya yang berjudul: Kehormatan Bagi Yang Berhak, Oei Tjoe Tat dengan bukunya yang berjudul: Memoar Oei Tjoe Tat, John D. Legge dengan karyanya yang berjudul: Soekarno; Sebuah Biografi Politik. Inti dari versi ini adalah G30S merupakan kombinasi antara unsur-unsur Nekolim atau negara barat, sikap ambisius para pemimpin PKI, dan penyimpangan tugas dan wewenang dalam tubuh TNI.

Tidak ada komentar: