03 Maret 2009

Valentine Day Bukan Hari Kasih Sayang

Maninjau, GUWO News – Selasa(3/3/09). Valentine Day (VD) pada dasarnya merupakan hari untuk mengenang kematian Valentino, yakni seorang yang berani menentang kebijakan Kaisar Romawi Kuno tentang pelarangan untuk menikah kepada para pemuda.

Alasan mendasar dari kebijakan kaisar romawi kuno tersebut adalah akan melemahnya fisik para pemuda setelah mereka menikah. Hal itu terkait dengan tujuan kaisar yang terobsesi membangun pasukan perang yang tangguh untuk menghadapi musuh-musuhnya.

Munculnya sosok Valentino sebagai penentang kebijakan merupakan ancaman bagi kaisar dalam mewujudkan obsesinya sehingga Valentino ditangkap dan divonis hukuman mati oleh kaisar. Kondisi itu memunculkan simpati masyarakat Romawi Kuno kepada Valentino sehingga mereka menjadikan Valentino sebagai simbol kekuatan kasih sayang.

Sementara itu, kaisar sendiri mengadakan semacam perayaan setiap tanggal 14 Februari - yang merupakan tanggal kematian Valentino - sebagai peringatan kepada rakyatnya yang berani menentang kebijakan kaisar.

Pada perkembangan selanjutnya tanggal 14 Februari dikenal sebagai Valentine Day dan gaungnya menyebar ke seluruh penjuru dunia, sampai ke Indonesia. Peringatan VD itu dimaknai dengan perayaann yang beragam oleh tiap-tiap masyarakat sehingga menjadi semacam perayaan yang pada akhirnya disebut dengan Hari Kasih Sayang.

Aneh memang, karena secara arti kata sangat tidak sesuai Valentine Day diartikan dengan Hari Kasih Sayang. Akan tetapi dinamika masyarakat Indonesia yang cenderung latah dalam mengikuti perkembangan dunia luar menjadikan VD mengakar dalam kehidupan masyarakat, khususnya generasi muda.

Antusias generasi muda sangat terlihat ketika mendekati tanggal 14 Februari. Mereka membeli bermacam-macam kado untuk sang kekasih atau untuk orang-orang yang mereka kasihi. Kado utama tentunya berupa boneka cinta dengan warna pink dan kado-kado lainnya yang juga didominasi warna pink. Bahkan lebih dari itu, VD menjadi semacam legalitas untuk melakukan seks bebas. Faktanya, saat malam VD penjualan kondom meningkat tajam bahkan beberapa apotek pun kehabisan stok alat kontrasepsi itu.

Tragis, masyarakat Minangkabau yang memiliki sistem nilai yang begitu anggun dan terhormat telah cenderung berubah menjadi masyarakat yang juga latah budaya asing. Penilaian itu memang tidak menyeluruh karena masih ada beberapa kelompok generasi muda yang memiliki upaya untuk menyikapi budaya asing secara cerdas dan kritis. Mereka mungkin akan dipandang aneh dan dianggap sebagai kelompok yang tidak mengikuti perkembangan zaman. Akan tetapi dalam pengamatan saya, justru mereka merupakan penyelamat wajah Minangkabau yang telah banyak tercoreng.

Saya sadar, akan lahir beragam interpretasi terhadap tulisan ini tetapi itu merupakan hal yang lumrah karena tiap individu mempunyai pola pikir sendiri yang didasasi latar belakang kehidupan, pemahaman ilmu, dan dasar sistem nilai di keluarga masing-masing. Perbedaan tersebut akan menentukan tujuan hidup tiap individu. Hanya dua tujuan hidup manusia yakni tujuan duniawi dan tujuan ukhrawi. Namun demikian pemahaman terhadap kedua tujuan hidup itu hendaknya jangan dilakukan dengan menggunakan pola pikir sempit karena pembagian itu hanya sebagai fokus saja.

Penjelasan sederhananya, Duniawi meliputi pengabaian urusan akhirat tetapi bisa juga tidak mengabaikan tujuan akhirat hanya saja urusan dunia lah yang lebih mendominasi kehidupan golongan ini dengan makna materi. Sementara itu Ukhrawi bukan berarti mengabaikan urusan dunia melainkan selalu menjadikan aktivitas dunia bermakna ibadah. (dmt)